THE ROOM
Cerita di bawah ini
tentang
Brian Moore yang berusia 17 tahun, ditulis olehnya sebagai tugas sekolah.
Pokok
bahasannya tentang sorga itu seperti apa. "Aku membuat mereka
terperangah," kata
Brian kepada ayahnya, Bruce. "Cerita itu bikin heboh. Tulisan itu seperti
sebuah
bom saja. Itulah yang terbaik yang pernah aku tulis." Dan itu juga
merupakan
tulisannya yang terakhir.
Orangtua Brian telah melupakan esai yang
ditulis Brian ini sampai seorang saudara sepupu menemukannya ketika ia
membersihkan kotak loker milik remaja itu di SMA Teays Valley, Pickaway
County ,
Ohio .
Brian baru saja meninggal beberapa jam yang lalu, namun
orangtuanya mati-matian mencari setiap barang peninggalan Brian: surat-surat
dari teman-teman sekolah dan gurunya, dan PR-nya. Hanya dua bulan
sebelumnya, ia
telah menulis sebuah esai tentang pertemuannya dengan Tuhan Yesus di suatu
ruang
arsip yang penuh kartu-kartu yang isinya memerinci setiap saat dalam
kehidupan
remaja itu. Tetapi baru setelah kematian Brian, Bruce dan Beth, mengetahui
bahwa
anaknya telah menerangkan pandangannya tentang sorga.
Tulisan itu
menimbulkan suatu dampak besar sehingga orang-orang ingin membagikannya.
"Anda
merasa seperti ada di sana ," kata pak Bruce Moore. Brian meninggal pada
tanggal
27 Mei, 1997, satu hari setelah Hari Pahlawan Amerika Serikat. Ia sedang
mengendarai mobilnya pulang ke rumah dari rumah seorang teman ketika mobil
itu
keluar jalur Jalan Bulen Pierce di Pickaway County dan menabrak suatu tiang.
Ia
keluar dari mobilnya yang ringsek tanpa cedera namun ia menginjak kabel
listrik
bawah tanah dan kesetrum.
Keluarga Moore membingkai satu salinan
esai
yang ditulis Brian dan menggantungkannya pada dinding di ruang keluarga
mereka.
"Aku pikir Tuhan telah memakai Brian untuk menjelaskan suatu hal. Aku kira
kita
harus menemukan makna dari tulisan itu dan memetik manfaat darinya," kata
Nyonya
Beth Moore tentang esai itu.
Nyonya Moore dan suaminya ingin
membagikan
penglihatan anak mereka tentang kehidupan setelah kematian. "Aku bahagia
karena
Brian. Aku tahu dia telah ada di sorga. Aku tahu aku akan bertemu lagi
dengannya."
Inilah esai Brian yang berjudul "Ruangan".
Di antara sadar dan mimpi, aku menemukan diriku di sebuah
ruangan. Tidak ada ciri yang mencolok di dalam ruangan ini kecuali
dindingnya
penuh dengan kartu-kartu arsip yang kecil. Kartu-kartu arsip itu seperti
yang
ada di perpustakaan yang isinya memuat judul buku menurut pengarangnya atau
topik buku menurut abjad.
Tetapi arsip-arsip ini, yang membentang
dari
dasar lantai ke atas sampai ke langit-langit dan nampaknya tidak ada
habis-habisnya di sekeliling dinding itu, memiliki judul yang
berbeda-beda.
Pada saat aku mendekati dinding arsip ini, arsip yang
pertama kali menarik perhatianku berjudul "Cewek-cewek yang Aku Suka".
Aku mulai
membuka arsip itu dan membuka kartu-kartu itu. Aku cepat-cepat menutupnya,
karena terkejut melihat semua nama-nama yang tertulis di dalam arsip itu.
Dan
tanpa diberitahu siapapun, aku segera menyadari dengan pasti aku ada
dimana.
Ruangan tanpa kehidupan ini dengan kartu-kartu arsip yang
kecil-kecil merupakan sistem katalog bagi garis besar kehidupanku. Di sini
tertulis tindakan-tindakan setiap saat dalam kehidupanku, besar atau kecil,
dengan rincian yang tidak dapat dibandingkan dengan daya ingatku. Dengan
perasaan kagum dan ingin tahu, digabungkan dengan rasa ngeri, berkecamuk di
dalam diriku ketika aku mulai membuka kartu-kartu arsip itu secara acak,
menyelidiki isi arsip ini. Beberapa arsip membawa sukacita dan kenangan yang
manis; yang lainnya membuat aku malu dan menyesal sedemikian hebat sehingga
aku
melirik lewat bahu aku apakah ada orang lain yang melihat arsip
ini.
Arsip berjudul "Teman-Teman" ada di sebelah arsip yang
bertanda
"Teman-teman yang Aku Khianati". Judul arsip-arsip itu berkisar dari
hal-hal
biasa yang membosankan sampai hal-hal yang aneh. "Buku-buku Yang Aku Telah
Baca". "Dusta-dusta yang Aku Katakan". "Penghiburan yang Aku
Berikan". "Lelucon
yang Aku Tertawakan". Beberapa judul ada yang sangat tepat menjelaskan
kekonyolannya: "Makian Buat Saudara-saudaraku".
Arsip lain
memuat judul
yang sama sekali tak membuat aku tertawa: "Hal-hal yang Aku Perbuat dalam
Kemarahanku.", "Gerutuanku terhadap Orangtuaku". Aku tak pernah
berhenti
dikejutkan oleh isi arsip-arsip ini. Seringkali di sana ada lebih banyak
lagi
kartu arsip tentang suatu hal daripada yang aku bayangkan. Kadang-kadang ada
yang lebih sedikit dari yang aku harapkan. Aku terpana melihat seluruh isi
kehidupanku yang telah aku jalani seperti yang direkam di dalam arsip ini.
Mungkinkah aku memiliki waktu untuk mengisi masing-masing arsip ini
yang
berjumlah ribuan bahkan jutaan kartu? Namun setiap kartu arsip itu
menegaskan
kenyataan itu. Setiap kartu itu tertulis dengan tulisan tanganku sendiri.
Setiap
kartu itu ditanda-tangani dengan tanda tanganku sendiri.
Ketika aku
menarik kartu arsip bertanda "Pertunjukan- pertunjukan TV yang Aku
Tonton", aku
menyadari bahwa arsip ini semakin bertambah memuat isinya. Kartu-kartu arsip
tentang acara TV yang kutonton itu disusun dengan padat, dan setelah dua
atau
tiga yard, aku tak dapat menemukan ujung arsip itu. Aku menutupnya, merasa
malu,
bukan karena kualitas tontonan TV itu, tetapi karena betapa banyaknya waktu
yang
telah aku habiskan di depan TV seperti yang ditunjukkan di dalam arsip ini.
Ketika aku sampai pada arsip yang bertanda "Pikiran-Pikiran yang
Ngeres", aku merasa merinding di sekujur tubuhku. Aku menarik arsip ini
hanya
satu inci, tak mau melihat seberapa banyak isinya, dan menarik sebuah kartu
arsip. Aku terperangah melihat isinya yang lengkap dan persis. Aku merasa
mual
mengetahui bahwa ada saat di hidupku yang pernah memikirkan hal-hal kotor
seperti yang dicatat di kartu itu. Aku merasa marah.
Satu pikiran
menguasai otakku: Tak ada seorangpun yang boleh melihat isi kartu-kartu
arsip
in! Tak ada seorangpun yang boleh memasuki ruangan ini! Aku harus
menghancurkan
arsip-arsip ini! Dengan mengamuk bagai orang gila aku mengacak-acak dan
melemparkan kartu-kartu arsip ini. Tak peduli berapa banyaknya kartu arsip
ini,
aku harus mengosongkannya dan membakarnya. Namun pada saat aku mengambil dan
menaruhnya di suatu sisi dan menumpuknya di lantai, aku tak dapat
menghancurkan
satu kartupun. Aku mulai menjadi putus asa dan menarik sebuah kartu arsip,
hanya
mendapati bahwa kartu itu sekuat baja ketika aku mencoba merobeknya. Merasa
kalah dan tak berdaya, aku mengembalikan kartu arsip itu ke tempatnya.
Sambil
menyandarkan kepalaku di dinding, aku mengeluarkan keluhan panjang yang
mengasihani diri sendiri.
Dan kemudian aku melihatnya. Kartu itu
berjudul "Orang-orang yang Pernah Aku Bagikan Injil". Kotak arsip ini
lebih
bercahaya dibandingkan kotak arsip di sekitarnya, lebih baru, dan hampir
kosong
isinya. Aku tarik kotak arsip ini dan sangat pendek, tidak lebih dari tiga
inci
panjangnya. Aku dapat menghitung jumlah kartu-kartu itu dengan jari di satu
tangan. Dan kemudian mengalirlah air mataku. Aku mulai menangis. Sesenggukan
begitu dalam sehingga sampai terasa sakit. Rasa sakit itu menjalar dari
dalam
perutku dan mengguncang seluruh tubuhku. Aku jatuh tersungkur, berlutut, dan
menangis. Aku menangis karena malu, dikuasai perasaan yang memalukan karena
perbuatanku. Jajaran kotak arsip ini membayang di antara air mataku. Tak ada
seorangpun yang boleh melihat ruangan ini, tak seorangpun boleh.
Aku
harus mengunci ruangan ini dan menyembunyikan kuncinya. Namun ketika aku
menghapus air mata ini, aku melihat Dia.
Oh, jangan! Jangan Dia!
Jangan
di sini. Oh, yang lain boleh asalkan jangan Yesus! Aku memandang tanpa daya
ketika Ia mulai membuka arsip-arsip itu dan membaca kartu-kartunya. Aku tak
tahan melihat bagaimana reaksi-Nya. Dan pada saat aku memberanikan diri
memandang wajah-Nya, aku melihat dukacita yang lebih dalam dari pada
dukacitaku.
Ia nampaknya dengan intuisi yang kuat mendapati kotak-kotak arsip yang
paling
buruk.
Mengapa Ia harus membaca setiap arsip ini? Akhirnya Ia
berbalik
dan memandangku dari seberang di ruangan itu. Ia memandangku dengan rasa iba
di
mata-Nya. Namun itu rasa iba, bukan rasa marah terhadapku. Aku menundukkan
kepalaku, menutupi wajahku dengan tanganku, dan mulai menangis lagi. Ia
berjalan
mendekat dan merangkulku. Ia seharusnya dapat mengatakan banyak hal. Namun
Ia
tidak berkata sepatah katapun. Ia hanya menangis bersamaku.
Kemudian
Ia
berdiri dan berjalan kembali ke arah dinding arsip-arsip. Mulai dari ujung
yang
satu di ruangan itu, Ia mengambil satu arsip dan, satu demi satu, mulai
menandatangani nama-Nya di atas tanda tanganku pada masing-masing kartu
arsip.
"Jangan!" seruku bergegas ke arah-Nya. Apa yang dapat aku katakan
hanyalah
"Jangan, jangan!" ketika aku merebut kartu itu dari tangan-Nya. Nama-Nya
jangan
sampai ada di kartu-kartu arsip itu. Namun demikian tanpa dapat kucegah,
tertulis di semua kartu itu nama-Nya dengan tinta merah, begitu jelas, dan
begitu hidup. Nama Yesus menutupi namaku. Kartu itu ditulisi dengan darah
Yesus!
Ia dengan lembut mengambil kembali kartu-kartu arsip yang aku rebut tadi. Ia
tersenyum dengan sedih dan mulai menandatangani kartu-kartu itu. Aku kira
aku
tidak akan pernah mengerti bagaimana Ia melakukannya dengan demikian cepat,
namun kemudian segera menyelesaikan kartu terakhir dan berjalan mendekatiku.
Ia
menaruh tangan-Nya di pundakku dan berkata, "Sudah selesai!"
Aku
bangkit
berdiri, dan Ia menuntunku ke luar ruangan itu. Tidak ada kunci di pintu
ruangan
itu. Masih ada kartu-kartu yang akan ditulis dalam sisa kehidupanku.
"Karena begitu besar
kasih
Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal,
supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh
hidup yang kekal." (Yohanes 3:16)
Jika anda ingin
meneruskan
pesan ini kepada sebanyak mungkin orang-orang sehingga kasih Tuhan Yesus
akan
menjamah hidup mereka, forwardlah email ini! Arsip "Orang-Orang yang Aku
Bagikan
Injil" milikku akan makin bertambah besar, bagaimana dengan milik anda?
JIKA ADA EMAIL YANG PERNAH
AKU
BACA YANG PERLU BERKELILING DUNIA, INILAH SALAH SATUNYA! TERUSKANLAH KEPADA
ORANG-ORANG YANG ANDA KENAL! MARILAH KITA PENUHI ARSIP KITA DENGAN HAL-HAL
KEKAL
DAN TUHAN MEMBERKATI ANDA! (Diterjemahkan oleh Hadi Kristadi untuk
http://pentas-
Cerita di bawah ini
tentang
Brian Moore yang berusia 17 tahun, ditulis olehnya sebagai tugas sekolah.
Pokok
bahasannya tentang sorga itu seperti apa. "Aku membuat mereka
terperangah," kata
Brian kepada ayahnya, Bruce. "Cerita itu bikin heboh. Tulisan itu seperti
sebuah
bom saja. Itulah yang terbaik yang pernah aku tulis." Dan itu juga
merupakan
tulisannya yang terakhir.
Orangtua Brian telah melupakan esai yang
ditulis Brian ini sampai seorang saudara sepupu menemukannya ketika ia
membersihkan kotak loker milik remaja itu di SMA Teays Valley, Pickaway
County ,
Ohio .
Brian baru saja meninggal beberapa jam yang lalu, namun
orangtuanya mati-matian mencari setiap barang peninggalan Brian: surat-surat
dari teman-teman sekolah dan gurunya, dan PR-nya. Hanya dua bulan
sebelumnya, ia
telah menulis sebuah esai tentang pertemuannya dengan Tuhan Yesus di suatu
ruang
arsip yang penuh kartu-kartu yang isinya memerinci setiap saat dalam
kehidupan
remaja itu. Tetapi baru setelah kematian Brian, Bruce dan Beth, mengetahui
bahwa
anaknya telah menerangkan pandangannya tentang sorga.
Tulisan itu
menimbulkan suatu dampak besar sehingga orang-orang ingin membagikannya.
"Anda
merasa seperti ada di sana ," kata pak Bruce Moore. Brian meninggal pada
tanggal
27 Mei, 1997, satu hari setelah Hari Pahlawan Amerika Serikat. Ia sedang
mengendarai mobilnya pulang ke rumah dari rumah seorang teman ketika mobil
itu
keluar jalur Jalan Bulen Pierce di Pickaway County dan menabrak suatu tiang.
Ia
keluar dari mobilnya yang ringsek tanpa cedera namun ia menginjak kabel
listrik
bawah tanah dan kesetrum.
Keluarga Moore membingkai satu salinan
esai
yang ditulis Brian dan menggantungkannya pada dinding di ruang keluarga
mereka.
"Aku pikir Tuhan telah memakai Brian untuk menjelaskan suatu hal. Aku kira
kita
harus menemukan makna dari tulisan itu dan memetik manfaat darinya," kata
Nyonya
Beth Moore tentang esai itu.
Nyonya Moore dan suaminya ingin
membagikan
penglihatan anak mereka tentang kehidupan setelah kematian. "Aku bahagia
karena
Brian. Aku tahu dia telah ada di sorga. Aku tahu aku akan bertemu lagi
dengannya."
Inilah esai Brian yang berjudul "Ruangan".
Di antara sadar dan mimpi, aku menemukan diriku di sebuah
ruangan. Tidak ada ciri yang mencolok di dalam ruangan ini kecuali
dindingnya
penuh dengan kartu-kartu arsip yang kecil. Kartu-kartu arsip itu seperti
yang
ada di perpustakaan yang isinya memuat judul buku menurut pengarangnya atau
topik buku menurut abjad.
Tetapi arsip-arsip ini, yang membentang
dari
dasar lantai ke atas sampai ke langit-langit dan nampaknya tidak ada
habis-habisnya di sekeliling dinding itu, memiliki judul yang
berbeda-beda.
Pada saat aku mendekati dinding arsip ini, arsip yang
pertama kali menarik perhatianku berjudul "Cewek-cewek yang Aku Suka".
Aku mulai
membuka arsip itu dan membuka kartu-kartu itu. Aku cepat-cepat menutupnya,
karena terkejut melihat semua nama-nama yang tertulis di dalam arsip itu.
Dan
tanpa diberitahu siapapun, aku segera menyadari dengan pasti aku ada
dimana.
Ruangan tanpa kehidupan ini dengan kartu-kartu arsip yang
kecil-kecil merupakan sistem katalog bagi garis besar kehidupanku. Di sini
tertulis tindakan-tindakan setiap saat dalam kehidupanku, besar atau kecil,
dengan rincian yang tidak dapat dibandingkan dengan daya ingatku. Dengan
perasaan kagum dan ingin tahu, digabungkan dengan rasa ngeri, berkecamuk di
dalam diriku ketika aku mulai membuka kartu-kartu arsip itu secara acak,
menyelidiki isi arsip ini. Beberapa arsip membawa sukacita dan kenangan yang
manis; yang lainnya membuat aku malu dan menyesal sedemikian hebat sehingga
aku
melirik lewat bahu aku apakah ada orang lain yang melihat arsip
ini.
Arsip berjudul "Teman-Teman" ada di sebelah arsip yang
bertanda
"Teman-teman yang Aku Khianati". Judul arsip-arsip itu berkisar dari
hal-hal
biasa yang membosankan sampai hal-hal yang aneh. "Buku-buku Yang Aku Telah
Baca". "Dusta-dusta yang Aku Katakan". "Penghiburan yang Aku
Berikan". "Lelucon
yang Aku Tertawakan". Beberapa judul ada yang sangat tepat menjelaskan
kekonyolannya: "Makian Buat Saudara-saudaraku".
Arsip lain
memuat judul
yang sama sekali tak membuat aku tertawa: "Hal-hal yang Aku Perbuat dalam
Kemarahanku.", "Gerutuanku terhadap Orangtuaku". Aku tak pernah
berhenti
dikejutkan oleh isi arsip-arsip ini. Seringkali di sana ada lebih banyak
lagi
kartu arsip tentang suatu hal daripada yang aku bayangkan. Kadang-kadang ada
yang lebih sedikit dari yang aku harapkan. Aku terpana melihat seluruh isi
kehidupanku yang telah aku jalani seperti yang direkam di dalam arsip ini.
Mungkinkah aku memiliki waktu untuk mengisi masing-masing arsip ini
yang
berjumlah ribuan bahkan jutaan kartu? Namun setiap kartu arsip itu
menegaskan
kenyataan itu. Setiap kartu itu tertulis dengan tulisan tanganku sendiri.
Setiap
kartu itu ditanda-tangani dengan tanda tanganku sendiri.
Ketika aku
menarik kartu arsip bertanda "Pertunjukan- pertunjukan TV yang Aku
Tonton", aku
menyadari bahwa arsip ini semakin bertambah memuat isinya. Kartu-kartu arsip
tentang acara TV yang kutonton itu disusun dengan padat, dan setelah dua
atau
tiga yard, aku tak dapat menemukan ujung arsip itu. Aku menutupnya, merasa
malu,
bukan karena kualitas tontonan TV itu, tetapi karena betapa banyaknya waktu
yang
telah aku habiskan di depan TV seperti yang ditunjukkan di dalam arsip ini.
Ketika aku sampai pada arsip yang bertanda "Pikiran-Pikiran yang
Ngeres", aku merasa merinding di sekujur tubuhku. Aku menarik arsip ini
hanya
satu inci, tak mau melihat seberapa banyak isinya, dan menarik sebuah kartu
arsip. Aku terperangah melihat isinya yang lengkap dan persis. Aku merasa
mual
mengetahui bahwa ada saat di hidupku yang pernah memikirkan hal-hal kotor
seperti yang dicatat di kartu itu. Aku merasa marah.
Satu pikiran
menguasai otakku: Tak ada seorangpun yang boleh melihat isi kartu-kartu
arsip
in! Tak ada seorangpun yang boleh memasuki ruangan ini! Aku harus
menghancurkan
arsip-arsip ini! Dengan mengamuk bagai orang gila aku mengacak-acak dan
melemparkan kartu-kartu arsip ini. Tak peduli berapa banyaknya kartu arsip
ini,
aku harus mengosongkannya dan membakarnya. Namun pada saat aku mengambil dan
menaruhnya di suatu sisi dan menumpuknya di lantai, aku tak dapat
menghancurkan
satu kartupun. Aku mulai menjadi putus asa dan menarik sebuah kartu arsip,
hanya
mendapati bahwa kartu itu sekuat baja ketika aku mencoba merobeknya. Merasa
kalah dan tak berdaya, aku mengembalikan kartu arsip itu ke tempatnya.
Sambil
menyandarkan kepalaku di dinding, aku mengeluarkan keluhan panjang yang
mengasihani diri sendiri.
Dan kemudian aku melihatnya. Kartu itu
berjudul "Orang-orang yang Pernah Aku Bagikan Injil". Kotak arsip ini
lebih
bercahaya dibandingkan kotak arsip di sekitarnya, lebih baru, dan hampir
kosong
isinya. Aku tarik kotak arsip ini dan sangat pendek, tidak lebih dari tiga
inci
panjangnya. Aku dapat menghitung jumlah kartu-kartu itu dengan jari di satu
tangan. Dan kemudian mengalirlah air mataku. Aku mulai menangis. Sesenggukan
begitu dalam sehingga sampai terasa sakit. Rasa sakit itu menjalar dari
dalam
perutku dan mengguncang seluruh tubuhku. Aku jatuh tersungkur, berlutut, dan
menangis. Aku menangis karena malu, dikuasai perasaan yang memalukan karena
perbuatanku. Jajaran kotak arsip ini membayang di antara air mataku. Tak ada
seorangpun yang boleh melihat ruangan ini, tak seorangpun boleh.
Aku
harus mengunci ruangan ini dan menyembunyikan kuncinya. Namun ketika aku
menghapus air mata ini, aku melihat Dia.
Oh, jangan! Jangan Dia!
Jangan
di sini. Oh, yang lain boleh asalkan jangan Yesus! Aku memandang tanpa daya
ketika Ia mulai membuka arsip-arsip itu dan membaca kartu-kartunya. Aku tak
tahan melihat bagaimana reaksi-Nya. Dan pada saat aku memberanikan diri
memandang wajah-Nya, aku melihat dukacita yang lebih dalam dari pada
dukacitaku.
Ia nampaknya dengan intuisi yang kuat mendapati kotak-kotak arsip yang
paling
buruk.
Mengapa Ia harus membaca setiap arsip ini? Akhirnya Ia
berbalik
dan memandangku dari seberang di ruangan itu. Ia memandangku dengan rasa iba
di
mata-Nya. Namun itu rasa iba, bukan rasa marah terhadapku. Aku menundukkan
kepalaku, menutupi wajahku dengan tanganku, dan mulai menangis lagi. Ia
berjalan
mendekat dan merangkulku. Ia seharusnya dapat mengatakan banyak hal. Namun
Ia
tidak berkata sepatah katapun. Ia hanya menangis bersamaku.
Kemudian
Ia
berdiri dan berjalan kembali ke arah dinding arsip-arsip. Mulai dari ujung
yang
satu di ruangan itu, Ia mengambil satu arsip dan, satu demi satu, mulai
menandatangani nama-Nya di atas tanda tanganku pada masing-masing kartu
arsip.
"Jangan!" seruku bergegas ke arah-Nya. Apa yang dapat aku katakan
hanyalah
"Jangan, jangan!" ketika aku merebut kartu itu dari tangan-Nya. Nama-Nya
jangan
sampai ada di kartu-kartu arsip itu. Namun demikian tanpa dapat kucegah,
tertulis di semua kartu itu nama-Nya dengan tinta merah, begitu jelas, dan
begitu hidup. Nama Yesus menutupi namaku. Kartu itu ditulisi dengan darah
Yesus!
Ia dengan lembut mengambil kembali kartu-kartu arsip yang aku rebut tadi. Ia
tersenyum dengan sedih dan mulai menandatangani kartu-kartu itu. Aku kira
aku
tidak akan pernah mengerti bagaimana Ia melakukannya dengan demikian cepat,
namun kemudian segera menyelesaikan kartu terakhir dan berjalan mendekatiku.
Ia
menaruh tangan-Nya di pundakku dan berkata, "Sudah selesai!"
Aku
bangkit
berdiri, dan Ia menuntunku ke luar ruangan itu. Tidak ada kunci di pintu
ruangan
itu. Masih ada kartu-kartu yang akan ditulis dalam sisa kehidupanku.
"Karena begitu besar
kasih
Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal,
supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh
hidup yang kekal." (Yohanes 3:16)
Jika anda ingin
meneruskan
pesan ini kepada sebanyak mungkin orang-orang sehingga kasih Tuhan Yesus
akan
menjamah hidup mereka, forwardlah email ini! Arsip "Orang-Orang yang Aku
Bagikan
Injil" milikku akan makin bertambah besar, bagaimana dengan milik anda?
JIKA ADA EMAIL YANG PERNAH
AKU
BACA YANG PERLU BERKELILING DUNIA, INILAH SALAH SATUNYA! TERUSKANLAH KEPADA
ORANG-ORANG YANG ANDA KENAL! MARILAH KITA PENUHI ARSIP KITA DENGAN HAL-HAL
KEKAL
DAN TUHAN MEMBERKATI ANDA! (Diterjemahkan oleh Hadi Kristadi untuk
http://pentas-
Mon 16 Jul 2012, 11:31 by Hery R Suryo
» PARKIR DI MEGA MALL KACA MOBIL DIPECAH MALING
Sun 15 Jul 2012, 23:35 by Hery R Suryo
» tehniksi AC
Tue 22 May 2012, 01:13 by vendrik
» Pusat Franchise Murah Jagung manis,susu kedelai,es krim,teh,kopi,coklat,Jus Terkenal
Sun 07 Aug 2011, 17:28 by revoindonesia
» Peluang Jagung & Potensi susu kedelai
Sun 07 Aug 2011, 17:25 by revoindonesia
» SARAN: Keamanan Mall
Wed 29 Jun 2011, 17:51 by DH
» Ana Bodoh - Ayah Bodoh
Wed 29 Jun 2011, 14:49 by alexander
» SARAN: Warning AOWA
Mon 10 Jan 2011, 13:49 by handayani
» ESAI: Negara Manakah Terkaya di Dunia?
Wed 01 Sep 2010, 00:40 by Administrator
» Shuttle Bus MMBC vs London Bus
Mon 19 Apr 2010, 18:06 by Amy_phang226
» UCAPAN: Selamat Natal & Tahun Baru
Fri 25 Dec 2009, 05:08 by Administrator
» UCAPAN: Selamat 'Iydul Fithri - Mohon Ma'af Lahir dan Bathin
Sat 26 Sep 2009, 08:08 by Administrator
» KULTUM: SHILATURRAHIMI: Kenapa? Untuk Apa? Bagaimana?
Sat 26 Sep 2009, 07:38 by Administrator
» INFO: Hari-Raya Lebaran | 'Iydul Fithri 1 Syawal 1430 H = 20 September 2009 M
Wed 16 Sep 2009, 18:28 by Administrator
» LENSA: Wujud Nyata Toleransi Antar Umat Beragama
Fri 28 Aug 2009, 07:53 by Administrator
» PUASA: Jadwal Sholat dan Imsyak Ramadhan Seluruh Wilayah Indonesia
Sun 23 Aug 2009, 16:37 by Administrator
» FOTO: Cuplikan Galeri Foto MMBC #012: IndoMilk Fun Day
Tue 28 Jul 2009, 13:32 by Admin
» FOTO: Cuplikan Galeri Foto MMBC #011: Lomba Jarimatika SeBatam 2009
Tue 28 Jul 2009, 13:20 by Admin
» FOTO: Cuplikan Galeri Foto MMBC #010: BASIC
Tue 28 Jul 2009, 13:15 by Admin
» FOTO: Cuplikan Galeri Foto MMBC #008: Audisi Bintang Indonesia
Tue 28 Jul 2009, 13:00 by Admin
» FOTO: Cuplikan Galeri Foto MMBC #009: Modern Home Sweet Living Exhibition 2009
Tue 28 Jul 2009, 12:51 by Admin
» FOTO: Cuplikan Galeri Foto MMBC #007: Atraksi Ban
Tue 28 Jul 2009, 12:26 by Admin
» FOTO: Cuplikan Galeri Foto MMBC #006: Sekolah Djuwita National Plus
Tue 28 Jul 2009, 12:06 by Admin
» FOTO: Cuplikan Galeri Foto MMBC #005: Gelar Seni-Budaya dan Atraksi Pencak-Silat Serumpun
Tue 28 Jul 2009, 11:43 by Admin
» FOTO: Cuplikan Galeri Foto MMBC #004: Road To Champions
Tue 28 Jul 2009, 11:27 by Admin
» FOTO: Cuplikan Galeri Foto MMBC #003: Fun Day
Tue 28 Jul 2009, 11:16 by Admin
» FOTO: Cuplikan Galeri Foto MMBC #002: Management Event
Tue 28 Jul 2009, 11:06 by Admin
» FOTO: Cuplikan Galeri Foto MMBC #001: MMBC Personnel
Tue 28 Jul 2009, 10:25 by Admin
» INFO: Galeri Foto MMBC
Tue 28 Jul 2009, 09:55 by Admin
» RELIGI: Merenung Sejenak
Mon 20 Jul 2009, 13:25 by DH
» INFO: Uang Pecahan Baru Rp 2.000
Mon 20 Jul 2009, 08:15 by Admin
» NEWS: Jakarta Kembali Diguncang Teror Bom 17-07-09
Mon 20 Jul 2009, 08:10 by Admin
» DAFTAR: Provinsi Indonesia
Mon 20 Jul 2009, 07:43 by Admin
» SERBA-SERBI: Sesal Dahulu Pendapatan. Sesal Kemudian Tak Berguna
Mon 20 Jul 2009, 07:03 by Admin
» NEW FORUMER: Lam Kenal Cemuanya
Mon 20 Jul 2009, 06:58 by Admin
» KONFERENSI PERS SBY: INFO BIN: SBY Akan Ditembak Teroris di Kepala
Mon 20 Jul 2009, 06:51 by Admin
» UNIK: A Very Special Time Forever: 12:34:56 07/08/09
Sun 19 Jul 2009, 07:26 by Admin
» UCAPAN: Selamat Datang
Tue 14 Jul 2009, 05:47 by Admin
» INFO: Peta Jalan Darat RanMor Jawa - Bali dan Jarak Antar Kota
Sat 11 Jul 2009, 08:59 by Admin
» LENSA: Presiden Indonesia
Thu 09 Jul 2009, 03:49 by Admin
» TEKNOLOGI: Kasus Prita dan Teknologi Marketing 2.0
Tue 30 Jun 2009, 13:58 by Admin
» MMBC: Kompetisi Blogger
Fri 15 May 2009, 13:33 by Admin
» WTA: Harga Sewa di Mega Mall Batam Centre
Fri 20 Feb 2009, 17:09 by Tamu
» UCAPAN SELAMAT: Merayakan Cap Go Meh 2560
Sun 08 Feb 2009, 15:56 by Admin
» UCAPAN SELAMAT: Tahun Baru imlek 2560: Gong Xi Fat Cai
Mon 26 Jan 2009, 06:25 by Admin
» UCAPAN SELAMAT: Tahun Baru imlek 2560: Gong Xi Fat Cai
Mon 26 Jan 2009, 06:22 by Admin
» saran untuk management MMBC
Sat 27 Dec 2008, 17:49 by HellScreamers
» Minum kopinya bukan cangkirnya
Thu 27 Nov 2008, 19:32 by DH
» Apalah artinya HARTA namun keluarga dilupakan ? cuplikan dari kutafx
Thu 21 Aug 2008, 09:40 by DH
» Hotel Puri Saron Baruna
Wed 20 Aug 2008, 14:11 by DH